Thursday, June 3, 2010

TORONTO PANCI SAYUR ASEM

PANCI SAYUR ASEM ITU MAKSUDNYA ISINYA CAMPUR ADUK, TAPI SEDAP DAN NYAMAN RASANYA


                                Jangan khawatir, semua ada akhirnya! Susah ada akhirnya
                                Senang dan gembira ada akhirnya. Hidup pun ada akhirnya ...












Anwari Doel ArnowoToronto, Awal Juni, 2010
TORONTO The City
Anda ingin tau apa dan bagaimana kota Toronto di Kanada?
Paling mudah adalah mengakses website-nya yang resmi di:  http://www.toronto.ca/
Saya coba menerangkan yang tidak tercantum lengkap di situ, dan akan menambahkan saja dari pengamatan langsung sehari-harinya. Sebenarnya dengan membaca website itu tergambarlah sudah bagaimana demokrasi BAGUS yang selama ini dilakukan di negeri ini. Pengamatan dan pengawasan oleh masyarakat terhadap tingkah laku dan kinerja para pegawai negerinya amat ketat dilakukan. Pegawai negeri Toronto adalah benar-benar pegawainya rakyat, yang dalam hal ini adalah penduduk kota Toronto secara khusus dan penduduk warga negara Kanada secara umum.
Saya berusaha menulis hal-hal yang sesungguhnya terjadi di sana, di sebuah kota yang dihuni oleh puluhan asal manusia dan asal bangsa dan ras. Di negara kita juga, tetapi hanya saja yang menonjol adalah  asal ras dan suku bangsa. Apa saja asal bangsa yang menghuni kota Toronto dan seberapa besar jumlahnya? Ketika saya baca data lima  tahun yang lalu, mereka yang datang di Kanada sebagai imigran yang telah disetujui oleh Pemerintah Kanada, jumlahnya mencapai angka 260 ribuan orang dalam setiap tahun  berjalan. Separuh dari jumlah ini biasanya mempunyai tujuan ke Toronto dan sekitarnya, di dalam Propinsi Ontario. Toronto dan Ontario adalah pusat kegiatan industri dan dagang yang terbesar di Kanada, sedangkan Ibukota Negaranya adalah Ottawa.
Anda bisa membayangkan ada sekitar150 bahasa yang digunakan oleh mereka, para imigran di Toronto, pada jam-jam di luar jam bekerja dan di rumah-rumah pada malam hari, ketika mereka berkumpul dalam lingkungan asal  sesamanya. Mereka ini, ayah, ibu dan anak-anak berbahasa Inggris atau Prancis di tempatnya bekerja dan belajar, pada pagi dan siang hari. Oleh karena pemerintah Kanada amat memerhatikan kesejahteraan para imigran yang kedudukannya dianggap amat vital bagi kelangsungan gerak dan dinamikanya ekonomi, maka bukan hanya para imigran melulu (an sich) saja yang diperhatikan. Keluarga dan terutama anak-anak mereka juga dilindungi dari segala macam bahaya yang bisa akan mengganggu kinerja kepala keluarga yang mencari nafkah, sang ayah atau ibu, yang biasa disebut dengan istilah: BREAD AND BUTTER – roti dan mentega, yang mencakup pengertian yang mendapatkan nafkah untuk menghidupi seluruh keluarganya. Bentuk nyatanya adalah antara lain: adanya Undang-Undang yang mengatakan BAHWA SETIAP ANAK YANG BELUM CUKUP BERUMUR 12 TAHUN, TIDAK BOLEH DITINGGALKAN SENDIRI, tanpa tuntunan dan pengawasan kedua atau salah satu dari orang tuanya, atau akan diharuskan agar diserahkan kepada sebuah tempat yang biasa disebut sebagai DAY CARE. Saya jarang sekali bisa melihat anak-anak seumur di bawah 12 tahun, berkeliaran di mana-mana, seperti pemandangan biasa di negeri kita. Di jalan-jalan besar ada pengemis dan anak-anak pengangguran yang tidak diketaui apa kegiatannya, mengemis tidak, mengasong juga tidak. Kalau saja mereka menjadi pemulung masih lumayan berproduksi, apa pula sesungguhnya kerja mereka yang mondar-mandir ini?   
Golongan yang terbesar dari para imigran itu adalah +/- 50% berasal dari ras China dari negeri China atau negeri lain, misalnya dari bagian lain di benua Amerika, juga dari Amerika Serikat. Menyusul sebagai bagian besar selanjutnya adalah dari India dan Pakistan serta negara-negara di Afrika. Dari demografi seperti itu juga terungkap bahwa separuh dari para pelajar asing adalah asal negara Kekaisaran Jepang. Jadi di Toronto ini, amat menonjol campur aduknya ras asal bangsa. Mereka ini membawa semua adat istiadatnya masing-masing dan tentu saja kebiasaan-kebiasaannya yang kalau dipikir-pikir bisa dikatakan oleh istilah yang lazim di dalam bahasa Indonesia: seperti gado-gado. Bagaimana bisa terasa di dalam kehidupan sehari-hari?? Menurut pendapat saya, mereka ini seperti suku-bangsa yang bersatu di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan bersatu juga dengan cara taat di bawah lindungan Undang-Undang Negara. Itulah sebabnya sikap seperti Bhinneka Tunggal Ika , bisa diartikan Persatuan di dalam Keberagaman di Indonesia juga diterapkan di Kanada, dengan sikap yang sama seperti: Bhinneka Tunggal Ika – Unity in Diversity.
Saya yang sudah terbiasa naik bus dan kereta tram listrik yang relnya berada di tengah jalan umum untuk semua kendaraan roda dua dan empat, juga kereta di bawah tanah, dalam perjalanan selalu mendengarkan bahasa sebanyak dua atau lebih digunakan oleh pihak-pihak yang bercakap-cakap dan dipahami oleh mereka. Saya harus menduga-duga kalau memang bisa dan sempat, bahasa apakah itu gerangan?? Kalau sudah menyerah, saya tidak menaruh peduli lagi. Ke-tidak-peduli-an saya ini bukan sebab tidak hirau, tetapi disebabkan oleh pertanda bahwasanya saya berputus asa, tidak mampu men-deteksi dan karena terlalu sering dan terlalu banyak saat, saya menemui hal semacam begini. Mereka itu dari segala lapisan strata pendidikan. Dari yang siswa sekolah, Dasar, Menengah dan Perguruan Tinggi, pekerja kasar, pekerja kantoran serta pekerja pabrik. Pada dasarnya mereka ini datang ke Kanada dengan keinginan yang sama: menata hidupnya yang kurang baik menjadi lebih baik lagi. Berapa jumlah mereka saat ini?? Perkiraan yang ada mendekati adalah sekitar jumlah angka 50%. Penduduk “asli” Toronto sendiri juga bukan asli juga, oleh karena yang paling lama bertempat tinggal di Kanada adalah orang Indian dan orang Eskimo, yang sekarang lebih dikenal sebagai: bangsa Inuit. Lalu orang-orang Kaukasian yang berkulit putih dan kelihatan amat banyak itu? Mereka ternyata juga pendatang, dan kebanyakan dari Eropa: belanda, Jerman, Prancis dan lain-lain.
Berbeda dengan di Indonesia, saya biasa “bisa” menduga dialek dan bahasa Daerah, ada Batak, ada Madura dan Ambon serta Wong Pelembang, Wong Jowo serta Basa Sunda, bahkan orang Banjar sekalipun. Mereka ini suku bangsa di Indonesia. Di Toronto adalah mereka yang beremigrasi sebagai imigran, ada yang masih tetap memiliki kewarganegaraan asalnya, seperti halnya saya yang sudah Permanent Resident bersama-sama dengan istri saya sejak beberapa tahun yang lalu,  telah mendapatkan ijin untuk tinggal tetap di Kanada. Adapun ijin tinggal tetap ini, kategorinya adalah:
 Permanent Resident (formerly known as a landed immigrant) – sebagai Permanent Resident
 Student – sebagai pelajar atau siswa
Temporary worker who may require a work permit – sebagai pekerja sementara yang mungkin harus mempunyai ijin untuk bekerja
Long-term worker who must obtain a work permit (some countries refer to this as a green card) – sebagai pekerja tetap yang harus dan wajib mempunyai ijin bekerja tetap (yang di negara lain biasa disebut sebagai geen card)
under the requirements of the new Canadian Experience Class (look under Important News) – di bawah syarat-syarat dari Canadian Experience Class (silakan membaca di Important News) yang menerangkan detail-detailnya lebih lanjut
Akan tetapi juga ada disebutkan bahwa para calon pendatang ini, termasuk para pendatang yang telah tiba di wilayah Kanada, agar mengambil sikap berhati-hati terhadap para makelar yang terlihat mempunyai kantor resmi, ijin resmi, ternyata kemudian akan terbukti sebaliknya. Saya sendiri dalam masalah ini dan selalu menganjurkan siapapun agar mengurusnya sendiri dan tidak menyerahkannya kepada orang lain, kantor pengacara serta kantor apapun namanya yang menyatakan dirinya mampu mengurus hingga beres. Lebih baik kita berhati-hati dan menaruh curiga kepada orang lain, demi jaminan bagi keselamatan diri sendiri. Pemerintah Negara Kanada adalah termasuk tindak laku korupsinya dan kriminalnya bisa digolongkan amat kecil. Tetapi sikap kehati-hatian (fiduciary), akan besar sekali manfaatnya berlaku setiap saat dan juga pada masa mendatang.
Mencurigai orang lain kategorinya bukan dosa, betul kan?
Siapakah pelindung diri kita kalau bukan diri sendiri??


TORONTO  Endangered species
Melihat pertumbuhan jumlah imigran di kota ini, tanpa sengaja saya melihat sesuatu yang tidak pernah duga akan saya jumpai. Pada suatu gathering para orang-orang yang sudah tua yang disebut juga dengan istilah seniors, bersama-sama dengan saya belajar Creative Writing di suatu Community Centre, kami saling mengenalkan diri kita masing-masing, orang per orang secara bergantian. Ada dua orang Jepang, satu asal Kenya, dua Korea dan juga empat dari India, satu asal Iran dan  saya sebagai satu-satunya dari Indonesia. Sebagian besar sudah berusia 60 ke atas. Si Nakamura, laki-laki asal Jepang yang selalu tersenyum itu saya ajak berbicara dalam bahasa Jepang, tidak banyak menyahuti upaya saya memancing percakapan. Meskipun dengan ramah dia mengatakan: “I am not a Japanese, I am a Canadian because  I was born in Vancouver.” Heh, selanjutnya ketika menjawab pertanyaan saya, dia bilang bahwa dia berusia saat itu 80 tahun, saya tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut saya. Nakamura ini mister bukan san, masih tampak berbadan sehat dan mengemudi mobil sendiri. Demikian halnya dengan Mrs. Yamashita yang sudah sekitar 70an usianya, bersuamikan seorang Kanada dari ras Kaukasian, bercerita bahwa dia sering masih cruising ke daerah-daerah yang belum pernah saya pikir untuk mengunjunginya, ke kepulauan Bahama, ke Maldives (Maladewa) dan malah ke Haiti, dia merasa sebagai Torontonian karena selamanya sejak lahir dia bertempat tinggal di Toronto. Dalam kumpulan orang-orang yang begini macam, Ibu Tutor kita Elizabeth, berhasil melatih para orang-orang gaek ini dengan memaksa setiap orang untuk bisa megekspresikan diri dengan cara agar setiap bertemu sudah siap dengan sebuah karangan berupa apapun yang bila diprint akan menghasilkan serentetan kata-kata yang jumlahnya minimum dua ribu kata. Bagi saya yang sudah banyak menulis, sudah sebanyak sekitar 300 judul masing-masing mencapai 9 sampai 10 halaman, hal tersebut bukanlah masalah besar. Hambatan saya hanya satu: bahasa Inggris. Bahasa Inggris saya biasanya hanya lebih baik bila saya lakukan di dalam percakapan, karena semua kekurangan saya dalam berbahasa Inggris hampir selalu bisa saya tutupi dengan body language, seperti  si Tarzan melakukannya, begitu ungkapan yang banyak dipakai oleh orang Indonesia. Tetapi hambatan demikian itu hanya terjadi karena saya berpikir dengan pola seperti itu, mengingatkan saya ada kata-kata mutiara yang bunyinya demikian. Keakraban yang terjadi meyebabkan salah seorang berkulit putih yang usianya sekitar 74 tahun bahwa sebagian besar sejawatnya dan teman-temannya yang sesama kelahiran di kota Toronto, sudah mulai punah dan dia merasakan kesepian yang telah menyerang sanubarinya. Meskipun demikian halnya, sambil tersenyum dia membacakan bagian essay- esai karyanya sendiri, menyebut dirinya sebagai endangered species. Hampir semua yang hadir mengekspresikan keterkejutannya, mendengar istilah yang digunakannya seperti itu. Sebagai makhluk yang segera akan punah !! Sebuah kota yang perkembangannya  dirintis sehingga seperti ujudnya saat ini, oleh nenek dan kakek moyangnya, ternyata sekarang telah dihuni oleh sekian banyak orang asal bangsa lain, yang angka pertumbuhan dan kembang kependudukannya telah mecapai sampai sekitar separuh atau malah lebih dari jumlah penduduk seluruhnya !?!
Hal ini juga pernah dikemukakan juga oleh mantan Perdana Menteri Singapura, yang masih menjabat sebagai Menteri Mentor, mengenai demografi di negaranya. Beliau bilang, mencermati penduduk pioneer Singapura yang asal Chinese yang saat ini masih mayoritas, akan tetapi kaum perempuan mudanya sudah banyak yang memutuskan menghindari hidup bersama selaku suami-istri (berkahwin), ditambah lagi banyak juga yang telah memutuskan untuk tidak mau mempunyai anak. Maka mereka yang keturunan para pioneer ini, akan menjadi seperti layaknya sebuah suku Indian di Amerika yang lekat dengan istilah The Last Mohicans!! Ini kata beliau, Lee Kuan Yew, akan terwujud pada sekitar pertengahan abad ini. Seperti halnya di Kanada sekarang para pioneer di Singapura juga amat tergantung kepada para imigran, yang telah banyak menghuni tempat-tempat yang strategis. Orang asal Indonesia belum terdengar ada yang bisa naik jenjangnyta di Kanada untuk kedudukan-kedudukan yang menjanjikan. Sudah ada orang asal India yang menjadi MP, Member of Parliament atau telah menjadi lawyer yang hebat, tentu saja mereka ini sudah beralih status menjadi warganegara di negara ini, Kanada.
Governor General Michelle Jean – [ http://www.efootage.com/stock-footage/41186/GovernorGeneralofCanadamichellejeangeneralswoman ],
adalah wanita berkulit hitam dan berperawakan mungil asal Haiti - Karibia, memulai hidup baru selaku imigran ketika berusia 8 tahun, yang telah  mengemban jabatan paling mulia di seluruh Negara Kanada, sebagai Wakil Kepala Negara dari Ratu Elizabeth II. Ratu Elizabeth ini adalah Kepala Negara bagi enam belas Negara-Negara yang berlainan, seperti Kanada dan Australia juga.
Gambaran besar dan luasnya Kanada adalah sekitar lima kali luas Tanah Air kita, karena Indonesia itu luasnya adalah 1,9 juta kilometer persegi sedang Kanada 9,9 juta kilo meter persegi. Jumlah garis pantai (daratan-air laut) seluruh pulau-pulau di Indonesia adalah +/- 54.000 kilometer, sedangkan batas teritorial Zona Bebas Ekonomi adalah +/- 80.000 kilo meter. Panjang pantai wilayah seluruh Negara Kanada adalah +/- 202.000 kilometer. Perbedaan yang amat mencolok adalah seluruh pantai Kanada dengan Indonesia adalah: Pantai Kanada tidak sepanjang tahun (mungkin beberapa bulan saja) bisa diakses, karena banyaknya es dan salju, sedangkan Indonesia memiliki garis pantai yang bisa diakses sepanjang tahun dan itu dapat dilakukan pada siang maupun malam hari, bila mana pun. DI SITULAH MESTINYA PEMERINTAH KITA BERKONSENTRASI, DI MANA BANYAK PEKERJAAN DAN KEMUNGKINAN BISNIS YANG MENJANJIKAN. Janganlah kita berkonsentrasi di pekerjaan yang mengandalkan sumber daya alam, yang sebagian besar TAK TERBARUKAN. Dengan lajunya perusakan alam, menebangi pohon, tanpa menanam sebagai kompensasinya, maka Indonesia telah berbuat salah, seperti apa yang dibuat di Kanada pada lebih dari seratus limapuluhan tahun yang lalu. Perusakan alam di Kanada dan Amerika Serikat mungkin kurang disadari pada waktu itu. Tetapi dengan majunya ilmu pengetauan, maka kita sudah sampai kepada kesadaran atas perbuatan manusia yang salah pada jaman dahulu. Tentunya Indonesia bisa menghentikan hal-hal keliru yang telah dan sedang terjadi dibuat oleh para pelaku serakah terhadap negerinya sendiri. Apakah tidak bisa berpikir sejenak, bagaimana nasib anak cucu kita, yang kita warisi dengan banyak musibah buatan kita, hanya karena kita kurang bijaksana??

TORONTO Bursa Kerja.
Bukan aneh kalau bursa kerja di Toronto telah menarik banyak para penganggur, para pekerja yang karirnya telah sampai di puncak, akan tetapi masih ingin lebih baik lagi, para ahli yang tidak mendapatkan remunerasi yang tidak seperti diharapkan, para entrepreneur dan para intrapreneur yang ingin mendapat suasana kerja dan lingkungan hidup yang lebih nyaman, mendapatkan kesempatan emas yang sudah terbayang di depan matanya. Mereka ini, harap diingat bukan semuanya orang Indonesia, ada China dan ada India serta Kamerun, seperti semut atau laron  dalam kegelapan yang melihat cahaya terang dari kejauhan.
Saya sungguh menginginkan apa yang saya tulis berikut ini mendapatkan perhatian yang lebih teliti dari mereka yang tergolong di dalam kategori-kategori di atas, sebagai sesuatu yang amat mengemuka – priority. Seperti sering disitir oleh ibu saya istilah Sri Gunung, adalah indah dipandang dari kejauhan, tetapi setelah dekat sekali akan tampak tonjolan-tonjolan yang belum tentu akan sesuai dengan bayangannya ketika masih dipandang dari kejauhan.
Di sebuah kondominium di tengah-tengah daerah yang disebut downtown, duduk seorang concierge di bilik kerjanya yang merangkap sebagai front office dari gedung itu. Apa kerjanya  seorang concierge? Silakan klik link berikut agar dapat menangkap maknanya dengan lebih lengkap: http://www.ehow.com/about_5393362_hotel-concierge-job-descriptions.html . Pekerjaan ini bukan pekerjaan kelas rendah dan bukan pula pekerjaan yang bisa disepelekan oleh dan bagi siapapun. Dia berumur sekitar 55 tahunan, akan tetapi saya terkejut juga mendengar kisah dan seluruh keterangannya bahwa dia berasal dari Srilangka, bergelar Doktor dalam ilmu ekonomi. Dia telah menjalani tugas pekerjaannya ini lebih dari sepuluh tahun dan sedikit terbersit dari kata-katanya bahwa dia merasa patut kalau saja ada tawaran yang sesuai dengan strata pendidikannya. Di sinilah kuncinya: STRATA. Yang satu ini di setiap negara ada perbedaan cara mengukurnya, tergantung juga kurun waktunya bilamana waktunya, telah terjadi. Tahun 1950, 1960 atau tahun 2005? Itu amat berbeda. Di suatu saat dan di suatu negara, strata seperti ini bisa saja menjadi Staf Ahli seorang Menteri, bahkan bisa menjadi Menterinya juga. Tetapi pada tahun 2007, waktu saya berbincang dengan dia, hal sebaik itu tidak terjadi. Apa pasal??
Dahulu kala sekitar 50 tahunan yang telah lalu jumlah sarjana tentu saja tidak sebanyak yang ada pada saat sekarang, baik dokter atau sarjana-sarjana lainnya. Nah inflasi tak terkendali gelar akademisi tentu saja melejit pesat dan bertambahnya memenuhi sesuai atau melebihi permintaan yang ada. Oleh karena permintaan naik maka tendensi penurunan mutu dengan pasti berubah menyeimbangi permintaan pasar, ada yang karena keinginan mutu pekerjaan yang dikelola bahkan ada karena permintaan pasar gengsi. Yang terakhir inilah yang mendorong penurunan mutu itu. Karena terikut menjadi komoditas yang menjadi komersial itulah maka tiap-tiap pemerintahan berusaha mempertahankan mutu, salah satunya dengan menghormati sarjana lokal secara berlebihan. Itulah sebab dari kenaikan timbulnya penilaian kesarjanaan di mana-mana. Kanada amat terkenal keras dalam menilai kesarjanaan yang berasal dari Negara lain. Dokter gigi lulusan luar negeri Kanada, bila berkehendak untuk melanjutkan pilihan ingin berpraktek di Kanada, maka diharuskan mengikuti kuliah kembali selama dua tahun. Ada seorang dokter berkebangsaan Kanada yang telah berhasil menambah gelar kesarjanaannya di Amerika Serikat, setelah kembali ke Kanada malah mengalami banyak hambatan dalam meniti karirnya. Demikianlah seperti halnya penyakit yang mewabah dan menular, maka sikap arogansi seperti ini malah menular terus, tidak hanya secara internasional, tetapi malah secara nasional di antara para pengelola lokal perguruan tinggi. Sekarang masyarakat menjadi maklum mengapa kita sampai pada tahapan di periode arogansi yang tidak masuk akal.
Saya ingat waktu bencana Tsunami di Aceh yang silam. Datanglah sebuah kapal induk yang perkasa dengan segala fasilitas kemewahan yang dipunyainya, mulai menolong para korban bencana. Di kapal ini tersedia segala fasilitas cangih yang bisa menangani kondisi terburuk di dalam peperangan besar. Tentu saja semua orang lupa, malah sebaliknya mengelu-elukan datangnya pertolongan dari langit semacam ini dengan bentuk-bentuk gratifikasi yang digelembungkan oleh media dan para pemuka masyarakat. Saya melihat lemahnya struktur pengawasan dari pemerintah kita yang tidak mengingat sama sekali adanya peraturan mengenai dokter yang berpraktek di Indnesia dan menangani pasien yang rakyat Indonesia. Hari inipun  amat banyak praktisi dokter asing yang melakukan kegiatan komersial dalam bidang kesehatan di kota-kota besar di Indonesia tanpa diusik oleh siapapun juga. Apa yang akan dipakai menjawab masalah ini adalah kondisi bencana?? Bolehkah atau tidak bolehkah?? Menilai kesarjanaan sekarang makin nyata banyak yang bias, tidak jelas pelaksanaannya.
Hal tersebut di atas amat perlu digunakan sebagai pertimbangan sebelum berangkat menuju Kanada dengan hanya mengandalkan gelar kesarjanaan saja. Kalau hanya ingin melakukan upaya  perbaikan basib, dan bersedia bekerja “kasar”, misalnya menjadi pengemudi truk barang, maka hal seperti itu akan mendapat pengharagaan komersial yang lebih tinggi. Ada sarjana strata tiga dari universitas di Jerman, orang Indonesia, bekerja menjadi pengemudi truk, bisa hidup layak di Kanada. Bagi saya, dia akan boleh saja sekarang berkata: “What the heck, apa peduliku dengan yang disebut gengsi. Saya kan saya, anda adalah anda, laahh...!!” Bagi saya juga, gengsi adalah omong doang, omong kosong saja.
Pertimbangan sebaiknya menyeluruh. Kanada terkenal dengan musim dinginnya. Di Toronto adalah hal biasa suhu udara mencapai sekitar minus 30 derajat Celsius. Jauhnya dari Tanah Air adalah sekitar lebih dari 20 jam penerbangan, dan itu amat mahal  biaya perjalanannya apabila hanya untuk memenuhi rasa rindu suasana Lebaran di dusun sendiri, makanan sendiri dan juga kehangatan di antara keluarga sendiri.
Dengan semboyan burung yang sudah di tangan jangan dilepaskan, berlaku bagi yang karirnya sudah lumayan di Indonesia. Jangan hanya karena ambisi, impian menikmati hidup yang memang terlihat teratur dan mewah seperti tergambar di TV atau Video mengenai kehidupan di Kanada, maka karir yang sudah lumayan di Indonesia ditinggalkan begitu saja.  Kanada adalah surga bagi yang bisa beradaptasi dengan kondisi lokal, misalnya mengerjakan sendiri pekerjaan rumah tanga secara keseluruhan? Apakah pernah dipikirkan bahwa kebudayaan kita yang megalihkan pekerjaan “kotor” kepada pembantu rumah tangga di Indonesia bisa dilaksanakan di Kanada?? Biarpun mampu membiayai semua ongkos dalam masalah menggunakan pembantu, belum tentu akan bisa melaksanakannya karena visa bukan masalah mudah untuk hal seperti ini!! Semua orang Indonesia harus bisa menanggalkan sifat feodalnya, mejadi orang biasa dan itu mungkin berlaku bukan hanya di Kanada saja, tetapi berlaku di banyak negara maju lainnya. Yang bukan mudah dilakukan di Indonesia tetapi sukar dilaksanakan di Kanada adalah antara lain:
1.    Disiplin mengikuti undang-undang dan peraturan yang berlaku

2.    Tidak terlalu mencampuri urusan orang lain dalam masalah ras, agama, dan politik dan “etiket” yang di anut di negara asal. Di Kanada tidak dikehendaki hal-hal seperti itu, apalagi ditonjolkan.

3.    Meskipun bahan makanan yang ada di Idonesia itu mudah didapat di Kanada tetapi prtimbangan bahwa semua keinginan itu harus disesuaikan, jangan sampai Lebih Besar Pasak Dari Tiang

4.    Sebagai Permanent Resident tidak boleh ikut serta di dalam Pemilihan Umum dan tidak boleh menjabat sebuah jabatan strategis di pemerintahan Kanada

Secara umum bagi diri saya, tinggal di Kanada amat memberi kesempatan untuk tetap aktif dan segar secara fisik, karena bisa hidup tanpa Pembantu Rumah Tangga. Mencuci baju, ada mesin cuci, menyeterika, saya bisa melakukannya. Memasak makanan sekedarnya, yang penting saya sendiri doyan, saya bisa.
 Mencuci piring dan alat makan, siapa takut??
Gengsi?? Sudah saya tinggalkan di Indonesia, nun di sana di balik dunia, dua belas jam perbedaan zona waktunya.
Di Indonesia ada tiga Pembantu Rumah Tangga. Kapan saya bisa mandiri? Belum lagi anak-anak dan cucu yang biasanya hampir selalu tidak membiarkan saya bekerja apa-apa !!

Anwari Doel Arnowo
Toronto, 2 Juni, 2010








3 Juni, 2010 - 03:33 pagi hari



Anwari Doel Arnowo
anwaridarnowo@gmail.com

Verba volant scripta manent...
Literal: spoken words fly away, written words remain
Literal: kata diucapkan akan terbang menghilang, tetapi yang dituliskan akan kekal

No comments: