Thursday, April 29, 2010

Mengubah Tukang Copet menjadi Pengasong


Anwari Doel Arnowo – 29 April, 2010
COPET JADI  PENGASONG

Saya beruntung bisa menyempatkan diri pergi ke gedung bioskop menonton film berjudul: ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI, yang dengan jelas telah memicu syaraf-syaraf serta urat-urat dan otot-otot saya yang membuat saya tertawa terbahak-bahak. Kemudian silih berganti suasana yang menggelitik hati  saya menjadi sedih, iba dan ceria serta bersyukur. Semua itu karena kepiawaian sutradaranya, Deddy Mizwar, dan pemain-pemain utamanya:
 Pemain :
Reza Rahadian ; Deddy Mizwar ; Slamet Rahardjo ; Jaja Mihardja
Tio Pakusadewo ; Asrul Dahlan ; Ratu Tika Bravani ; Rina Hasyim
Sakurta Ginting ; Sonia 
Sutradara : Deddy Mizwar 
Penulis : Musfar Yasin

Ini ringkasan ceritanya: 
Sejak lulus S1, hampir 2 tahun Muluk belum mendapatkan pekerjaan. Meskipun selalu gagal tetapi Muluk tidak pernah berputus asa
Pertemuan dengan pencopet bernama Komet tak disangka membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Komet membawa Muluk ke markasnya, lalu memperkenalkan kepada bosnya bernama Jarot. Muluk kaget karena di markas itu berkumpul anak-anak seusia Komet yang pekerjannya adalah mencopet
Akal Muluk berputar dan melihat peluang yang ia tawarkan kepada Jarot. Ia meyakinkan Jarot bahwa ia dapat mengelola keuangan mereka, dan meminta imbalan 10% dari hasil mencopet, termasuk biaya mendidik mereka
“Usaha yang dikelola Muluk berbuah, namun di hati kecilnya tergerak niat untuk mengarahkan para pencopet agar mau merubah profesi mereka. Dibantu dua rekannya yang juga sarjana, Muluk membagi tugas mereka untuk mengajar agama, budi pekerti dan kewarganegaraan
Berhasilkah mereka mendidik anak-anak tersebut?
Apa yang terjadi jika orang tua Muluk mengetahui bahwa gaji anaknya dari hasil mencopet?

Silakan anda menonton trailer film layar lebar dengan judul: ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI, yang disutradarai oleh Deddy Mizwar dengan mengklik :

Tersedak juga perasaan saya, ketika adegan menayangkan bagaimana ketiga ayah yang amat goncang hatinya, ketika mengetaui dan menuyadari bahwa penghasilan anak-anak mereka adalah dari hasil mencopet, yang kategorinya adalah haram. Film ini tidak berakhir dengan happy end, tetapi membuat kita bisa menajamkan intelektualitas kita masing-masing dengan cara berpikir sendiri-sendiri sebagai individu yang bebas.
Kalau misalnya masih kurang informasinya, silakan lihat di search engine google atau yahoo dengan mengetik judul film ini.

Beberapa bulan yang lalu (awal Februari, 2010), saya juga berkesempatan melihat di gedung bioskop kelas satu di Plasa Indonesia – EX, Jakarta, yang memiliki kondisi dan fasilitas yang jauh lebih baik dan hebat dari gedung yang biasa disebut dengan istilah Movie Theater di daerah York Ville, Toronto, Kanada, sebuah film yang setara kelasnya, berjudul My Name Is Khan. Isi kisahnya sungguh membumi dan di banyak bagian telah membuat kita terperangah dengan adegan-adegan sederhana tetapi amat besar arti dan maknanya. Ada yang mengenai rasisme di Amerika Serikat dan perbedaan- perbedaan Agama yang Hindhu dan yang Islam, yang dianggap sebagai selalu terlibat dengan masalah teror. Ada masalah sindrom Asperger, semacam kondisi autis, yang dengan piawai dimainkan oleh pemain utamanya: Shah Rukh Khan, sang Aktor Besar. Perannya mewakili tingkah laku yang tidak mudah diperankan oleh aktor biasa: sebagai seorang penderita sindrom  Asperger, yang sebenarnya amat cerdas dan memiliki perasaan yang amat sensitif yang positif, bisa bertindak sebagai seorang salesman yang berhasil, menjual produk-produk kecantikan dan memerankan juga sebagai orang biasa yang bisa jatuh cinta kepada seorang janda beranak satu. Ini semua peran yang amat multi kompleks, apalagi dia juga bisa menerangkan kepada pihak-pihak yang berlawanan terhadap dunia Muslim. Khan juga amat taat melakukan semua ritual salat agama Islamnya, yang pada suatu saat juga bertentangan dengan kaum Muslim lain yang radikal, di sebuah masjid . Dalam perdebatan yang memukau dia berhasil sekali ketika menunjukkan bahwa sebagai seorang penderita sindrom Aspreger, bisa memakai akalnya sendiri dan kecintaannya kepada agamanya, melawan pihak lain yang ingin menggunakan agama Islam untuk kepentingan politik yang pasti akan berpotensi memicu terorisme. Dia justru menyebut pemuka lawannya dengan berhadap-hadapan, dengan istilah kata dalam bahasa Inggris satan (iblis) tepat sama seperti yang diucapkan oleh orang yang berbahasa Indonesia: SETAN.
Silakan lihat trailernya di: http://www.youtube.com/watch?v=_uNDm6YfN2k

Kedua film di atas: ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI  dan MY NAME IS KHAN
Saya sejajarkan kelasnya dalam penyutradaraan dan tata cara penyampaian pesan-pesan yang menyentuh hati kita sepanjang jalan cerita-ceritanya. Ada bagian penting tampilan kata-kata obsesi Khan ingin menemui Presiden Amerika Serikat yang berbunyi : My Name Is Kan, And I Am Not A Terrorist yang membawa mata kita lekat ke layar sampai akhir.
Jangan lewatkan mengikuti kedua film ini.
Saya sendiri merasakan banyaknya masukan hal-hal baru bagi saya, pada usia senja saya, banyak hal yang belum pernah berhasil saya ungkapkan di dalam tulisan-tulisan saya selama ini, tetapi dengan mudah bisa saya saksikan terpampang jelas di kebua film ini. Saya ucapkan terima kasih kepada para sutradara kedua film ini: Deddy Mizwar dan Karan Johar.
Semoga lebih banyak film layar lebar bisa diproduksi di Indonesia di masa-masa yang  mendatang ini. Orang Indonesia sudah terlalu lama diberi masukan informasi melalui media pewarta yang kurang bermutu isinya maupun penampilannya, malah ada yang bisa merendahkan tingkat intelektualisme yang menontonnya atau membacanya. Peran Slamet Rahardjo dan Jaja Mihardja juga bukan bisa dianggap enteng bobotnya. Pemeran utama, Reza Rahadian, juga amat patut diacungi jempol sebagai penghargaan yang amat tinggi, setidak-tidaknya dari saya pribadi.
Sayang sekali saya tidak bisa menyaksikan Alangkah Lucunya Negeri Ini di theater yang sama seperti pada waktu saya menyaksikannya di EX Plasa Indonesia untuk My Name Is Khan.

Anwari Doel Arnowo – 29 April, 2010




No comments: