Saturday, February 27, 2010

Mengevaluasi diri sendiri





Myself, Revisited
Anwari Doel Arnowo – 28/02/2010


Ini adalah bagian tulisan saya pada tahun 2005 tanggal 2 Desember:
……………………….
Saya tidak menganjurkan orang untuk terlalu mencampuri urusan orang lain utamanya dalam berpolitik, beragama, berkelakuan baik atau buruk, apalagi kalau dia sendiri masih banyak kekurangannya. Saya sadar sepenuhnya bahwa orang akan menentang dan mungkin mengumpat beberapa bahkan banyak bagian dari pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran diatas. Itu semua karena orang belum bisa mengganti yang selama ini diyakininya. Saya menerima perubahan pendapat saya sendiri, misalnya mengenai nasionalisme. Tahun 1945 saya menerima pendapat mengenai Nasionalisme seperti apa yang umum memahaminya waktu itu. Sekarang saya sudah menyiapkan mental saya untuk menerima perubahan mengenai hak ingin merdeka dari siapapun.
Belum ada satu pihakpun yang siap merdeka, biarpun dia sudah lama berteriak ingin merdeka. Republik Indonesia memproklamirkan diri merdeka dan sudah siap dengan konstitusinya pada keesokan harinya.
Tidak semua negara bisa seperti ini. 
Borderless adalah solusi tahap pertama yang paling mudah dilaksanakan.
Sepanjang seseorang dapat menunjukkan identitas dirinya dengan sah dan benar, dia boleh pergi kemana saja dia mau ke seluruh dunia. Identitas diri harusnya bukan hambatan kalau tidak ada kepentingan ………………………….  .

Hari ini, 28 Februari, 2010, saya membaca lagi tulisan itu (http://jiwaragasehat.blogspot.com/2007/04/tanpa-batas-negara-created-by-anwari.html) dan merasa perlu mengutip bagian yang berhuruf italics di atas. Hal ini saya kemukakan karena saya menganggap bahwa apa yang saya tulis itu sedikit sekali yang mengalami kenyataan. Kecewakah saya? Sama sekali tidak, karena waktu menulis, sebagian yang seperti khayalan itu, saya hanya mempunyai dua tujuan:
1.     Saya hanya ingin mengeluarkan pikiran saya dengan tujuan agar supaya mental saya tidak seperti orang berkamata kuda (baca koran Kompas hari ini di bagian TREN/Parodi berjudul Kacamata Kuda halaman 13 atau tekan control + klik:  http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/28/03134573/kacamata.kuda
2.   Suatu saat saya akan meninjau kembali hal-hal yang saya sampaikan di atas. Hari ini datanglah waktu yang saya impikan itu.
Adakah yang bisa dipakai sebagai indikasi bahwa akan tercapai, apa yang saya idamkan itu? Jawaban yang ada? Ah masih jauh, meskipun saya telah menunggu lima tahun lamanya. Apakah saya ini berkacamata kuda? Saya kira bukan seperti itu yang terjadi, karena saya sudah berusaha memikirkan hal-hal yang jauh ke depan, ke masa yang akan datang. Teori yang saya gunakan adalah: PERSATUAN MANUSIA  HANYA AKAN DATANG, BILA MANUSIA MENGHADAPI MUSUH BERSAMA.
Teori ini pernah terwujud pada waktu kita merebut Irian Barat yang sekarang Papua dan dahulu kala juga Papua. Para pemberontak melihat bahwa belanda adalah musuh besar bagi bangsa Indonesia, dan mereka mendukung pemerintah dengan memindahkan  pandangan permusuhannya kearah MUSUH BERSAMA, belanda.
Khayalan-khayalan yang ada di atas, itu mungkin akan bisa terwujud apabila musuh bersamanya adalah kerusakan atau bencana yang akan atau sedang menimpa Planet Bumi, yang berarti akan menimpa manusia juga. Haruskah menunggu datangnya tanda-tanda Kiamat Dunia??
Eh, saya pikir itu akan terlambat sekali.
Bukankah sebaiknya kita bersatu dulu dalam melawan musuh yang rawan akan datang menyerbu Planet Bumi, bukan dari luar  justru sekarang sedang kita rusak karena kerakusan kita dalam mengelola pola kehidupan kita yang ada di dalam Bumi. Planet Bumi ini sedang kita sakiti dan kita rusak serta amat terlalu kurang dalam menyelianya dengan baik. Planet Bumi sudah luka-luka parah dan sudah melakukan perlawanan dengan menggeliat dan menendang-nendang yang menimbulkan cuaca dingin dan pemanasan yang tidak nornmal menurut siklus yang sudah berabad-abad lamanya, goncangan gempa http://news.yahoo.com/s/ap/20100227/ap_on_re_la_am_ca/chile_strongest_quakes_glance;_ylt=AuN1IEraQRGKljuIqf6Bz..s0NUE;_ylu=X3oDMTQxbjNiazJ0BGFzc2V0A2FwLzIwMTAwMjI3L2NoaWxlX3N0cm9uZ2VzdF9xdWFrZXNfZ2xhbmNlBGNjb2RlA21vc3Rwb3B1bGFyBGNwb3MDNARwb3MDMQRwdANob21lX2Nva2UEc2VjA3luX2hlYWRsaW5lX2xpc3QEc2xrA3RoZXdvcmxkc3N0cg--  seperti: , banjir dan Tsunami, serta  letusan lava panas dan dingin, angin berkecepatan tinggi dan lain-lain yang tidak menyenangkan.
Organisasi yang telah terbentuk, berupa Perserikatan Bangsa Bangsa terbukti  terlalu banyak mengeluarkan tenaga dan biaya, dalam mendamaikan aneka  perselisihan antar manusia, antar bangsa, mengenai konflik ekonomi dan politik serta kepercayaan agama. Akan bisa bereskah semuanya??  Kita boleh saja menduga akan bisa mungkin berurang, akan tetapi mungkin juga akan tetap seperti ini. Apa sebab?? Karena kita sudah senang melanjutkan tetap bemusuhan dengan saudara sendiri, dengan teman-teman, dengan tetangga-tetangga karena terobsesi  perbedaan pandangan tentang hal-hal tadi. Dan itu semua harus tetap terjadi seperti apa ang terjadi saat ini, hari ini dan tahun ini?? Bagaimana cara menyikapi kalau memang demikian??
Ada jalan keluarnya kalau kita hubungkan dengan pemikiran akal sehat yang tersisa sekarang ini. Semua perbedaan kita, semua konflik yang terjadi dan semua perbedaan yang ada dan yang telah memicu seluruh kerepotan dan ke-tidak-nyaman-an yang terjadi adalah karena POLA PIKIR manusia. Seseorang, siapapun dia, kalau tidak mampu menyelia Pola Pikirnya sendiri maka Pola Pikirannya itulah yang akan menyelia dia, si empunya pikiran. Ini persis dan tepat sekali sama dengan kalau kita tidak mampu mengelola uang, yang terjadi adalah sebaliknya, kita akan diperalat oleh uang. Jadi marilah kita coba kelola POLA PIKIR yang sudah bertengger di dalam hati, didalam akal, di dalam pengelolaan kehidupan kita. Setia kawan sebagai akibat risiko karena berkawan-kawan dalam segolongan atau seklompok, harus diberi batasan oleh kita sendiri. Kalau kelompok kita, kalau golongan kita sudah berlawanan dengan kelompok yang lebih besar, biasanya kita justru malah membanggakan diri sebagai elité  tertentu yang unik, sehingga memang harus berbeda dari kebanyakan orang lain. Bebaskanlah pikiran kita dari pola seperti ini, dan “cobalah” menyeberang ke arah seberang sana, di mana ada  terdapat banyak pihak lain yang tidak menyetujui tingkah dan laku golongan dan kelompok kita. Anda akan melihat lubang-lubang cacat jelas menonjol di kelompok dan golongan elité yang kita merasa akrab. Terbukti akan terjadi, karena mata kita telah dibutakan oleh “kebenaran” yang kita yakini sudah amat picik dalam memandangnya. Ibu saya menyebut yang begini dengan istilah Sri Gunung, karena gunung itu amat indah, gagah kelihatan dari jauh, tetapi setelah kita mendekat, maka akan terlihat lubang-lubangnya yang berupa ngarai, gua dan kawah yang sama sekali tidak terlihat dari kejauhan.
Saya tidak akan mengelaborasi lebih jauh mengenai pola pikir ini dan saya serahkan kepada masing-masing cara pembaca yang nota bene adalah  para pengelolanya, para pemilik dari Pola Pikir sendiri. Hanya tergantung kepada tiap-tiap individu inilah, kita bisa berharap akan timbulnya suasana yang nyaman dalam kehidupan.
Kembali saya ulangi:
What you believe is right today, it maybe wrong tomorrow

Anwari Doel Arnowo
28 Februari, 2010
























No comments: