Wednesday, December 23, 2009

Diakui dan dihormati karena memang sesuai jasanya

Ayah saya Doel Arnowo kelahiran 31 Oktober, 1904, tiga tahun lebih muda dibandingkan dengan Soekarno yang lahir pada 6 Juni 1901, tetapi mereka bersahabat secara pribadi.
Setelah Republik Indonesia merdeka Doel Arnowo menjabat menjadi Wakil Gubernur Jawa Timur dalam pemerintahan Gubernur Jawa Timur yang pertama sejak Proklamasi Kemerdekaan RI, Raden Mas Soerjo, yang meninggal dunia oleh karena dibunuh di Mantingan, dekat Madiun oleh kerusuhan pemberontakan Madioen.
Menjadi Wakil Gubernur Jawa Timur dan kemudian Walikota Surabaya, bukanlah karena hasil KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) dengan sahabatnya Soekarno yang menjadi Presiden.
Semua jabatan serta kemuliaan yang diraihnya adalah akibat perjuangan mental dan fisik Doel Arnowo, terbukti oleh karena telah mengalami dijatuhi hukuman resmi oleh pemerintahan kolonial belanda, selama tiga kali, sedikitnya dua tahun setengah setiap kali dijatuhi hukuman badan, juga ditangkap oleh Tentara Pendudukan Jepang, dipenjara di markas Ken Pei Tai yang ganas itu, yang dahulu, letak markasnya itu berada di tempat patung ini diletakkan sekarang, di kompleks Tugu Pahlawan, Surabaya. Saya pernah ikut ibu, ikut mengendap-endap hendak menemui ayah di tahanan Ken Pei tai itu, tetapi tidak berhasil sama sekali. Ketika itu umur saya sekitar enam tahun, belum bersekolah. Setelah Jepang menyerah kalah, Nica dibantu tentara Sekutu (Inggris, Amerika dan Australia dan lain-lain) menyerbu ke dalam wilayah Indonesia yang telah merdeka pada tanggal 17 Agustus, 1945. Nica menyerahkan kemerdekaan pada tahun 1949 kepada Indonesia yang berpemerintahan RIS (Republik Indonesia Serikat). RIS kemudian dibubarkan dan pemerintahan kembali menjadi NKRI sampai sekarang. Dalam masa sebelum penyerahan kedaulatan (27 Desember, 1949) itu ayah saya ditangkap oleh Nica dan ditahan sampai pemerintahan RIS. Pengalaman ayah saya di dalam tahanan belanda dan Jepang lumayan cukup banyak dan sengsara karena harus berpisah dari keluaganya. Seberapapun saya ingin melupakan bagian kehidupan yang pahit yang dialami oleh ayah saya dari ingatan saya, terbukti saya tidak berhasil. Apabila saya berhenti "membenci" pemerintahan belanda, saya mungkin mempunyai beban yang nilainya mendekati angka nol. Saya hanya manusia biasa dan saya belum berhenti dalam membenci pemerintahan belanda sampai hari ini. Pemerintah kita saya nilai sampai hari ini (10 januari 2010) masih tidak tegas dan TIDAK BERANI melawan belanda. Apapun alasannya, kalau memang ada alasan, saya ingin dibuat menjadi mengerti dan memahami secara resmi, diumumkan oleh pejabat setidaknya setingkat Menteri Luar Negeri kita. Sebelum hal ini terjadi, maka belanda di pandangan mata saya adalah penjahat, pembunuh masal dan pelanggar HAM terbesar, lebih besar dari kesalahan Hittler terhadap Yahudi dan nengara-negara Eropa yang pernah ditaklukkannya.

Anwari Doel Arnowo - 10 Januari 2010

No comments: