Dunia lebih sepi?
Anwari Doel Arnowo
Toronto, September 3, 2007 - 01:25
Beberapa tahun lalu saya sudah menengarai bahwa saya mulai aktip berkomunikasi dengan orang di sekeliling saya, yang hampir semuanya dan biasanya adalah lebih muda dalam usia. Mereka ini lebih muda dan lebih bertenaga serta lebih kuat. Waktu itu saya menjadi ketua Rukun Warga di daerah saya. Semua anggota pengurus memanggil saya dengan amat hormat sampai nama saya pun kelihatannya mereka ini sudah lupa. Panggilan untuk saya adalah Pak RW dan istri saya Ibu RW. Saya selalu bilang yang ada hubungannya dengan masalah Rukun Warga itu hanya saya, bukan istri saya. Dan jangan lupa nama saya Anwari, bukan Er Wé. Saya sebaliknya mulai lemah dalam mengingat sesuatu, benda maupun kemampuan memori. Dan hal inipun tidak ada hubungannya dengan lemah ingatan. Jadi hanya lemah dalam kemampuan untuk mengingat jadi kemampuan menggunakan memorinya sudah berkurang.
Tadi sekitar pukul
“Iya,” sahut istriku, “dulu kakekku juga mengatakan hal yang sama kepada Ibuku di Jakarta, setelah Kakek datang kerumah ayahku di
Sesampainya di rumah kembali, saya bergati pakaian saja belum tuntas, saya membuka laptop dan mulai browsing serta kemudian sampailah saya di Mailist J_Ilink, sebuah Milis Japan_Indonesia Link yang diuntukkan bagi para pemuda dan para mahasiswa serta peminat lain dalam menggunakan bahasa Jepang dan masalah-masalah Jepang dan
Berita meninggalnya Iwan agak memukul saya di tengah malam seperti ini. Istri saya sudah tidur dan saya sendirian, serta saya memutuskan untuk menulis saja. Inilah yang mendorong saya untuk menulis. Menghindari “penyakit” yang menyebabkan senile atau pikun. Kalau tidak saya tulis sekarang, jangan-jangan saya sudah akan melupakan hal ini keesokan harinya setelah saya bangun dari tidur. Atau bisa juga saya tidak berminat lagi untuk menulis lanjutan tulisan ini. Sekarang sudah pukul:
Baru sekitar dua puluh
Ini saya lanjutkan sekarang di
Kalau ditambah dengan saudara atau kenalan maka yang meninggal selama kami berdua tinggal di
Teman seangkatan saya yang dulu sama-sama belajar di dalam satu kelas, jumlahnya delapan belas orang dan saat ini yang masih ada tinggal hanya
Sepi, tetapi boleh dikata tidak sepi juga.
Saya berlega hati karena saya aktif dalam berkomunikasi melalui email dan berhubungan di Milis-Milis, sehingga terjalin hubungan melalui dunia komputer. Tambah kenalan-kenalan baru, meskipun kebanyakan belum pernah bertemu muka (copy darat). Saya tidak menghitung dan kelihatannya menjadi seimbang lagi, jumlah yang meninggal dan jumlah yang menggantikan mereka, menjadi teman-teman baru saya.
Memang kalau saya bertahan bahwa teman-teman, kenalan dan saudara-saudara yang telah mendahului saya itu adalah “lebih menyenangkan” hati saya, mungkin benar seperti pendapat pribadi saya. Tetapi saya tau bahwa saya tidak boleh berpegangan dengan masa lalu terlalu lama, karena hidup itu “mestinya” tetap dinamis dan menyenangkan hati. Yang lalu itu tetap ada dan baik dikenang, akan tetapi kita harus hidup pada hari ini. Itu lebih penting dari yang telah lalu. Demikian juga yang akan terjadi nanti, esok atau pada tahun depan. Tak usah hirau terlalu mengikat. Yang akan datang itu ada, tetapi ada batasnya kita menghadapi masa depan. Begitu khawatirnya kita ini membuat kesalahan sehingga akan menyebabkan masa depan suram, itu juga kurang baik dan sering amat tidak baik. Biarkan yang terjadi itu telah terjadi dan sebaliknya juga biarkanlah apapun yang akan terjadi itu akan terjadi, toh kita tidak tau apa dan bagaimana wujudnya akan terjadi. Itulah yang saya selalu mengingat-ingat dari kata-kata bijak untuk tetap berbuat yang bersifat positif.
Berbuat sebisa mungkin, berbuat semampu mungkin, berbuat sebaik mungkin, berbuat setertib mungkin KHUSUS untuk hari ini saja, TANPA menyesali yang lalu dan mengkhawatirkan yang akan datang, dengan terlalu berlebihan.
Tekunilah hidup hari ini dan beristirahatlah dengan normal setiap hari dan bisa tetap bangun menghadapi hidup pada hari esok, sebisa, semampu dan sebaik, setertib mungkin seperti satu hari yang lalu. Do not regret about yesterday and worry about tomorrow. Live well for TODAY (Jangan menyesali yang kemarin dan mengkhawatirkan esok hari. Hiduplah sebaik-baiknya pada HARI INI).
Kalimat pertama dan bagian awal tulisan ini ditulis satu tahun lalu, akan tetapi bagian selanjutnya sampai akhir yang ditulis hari ini membuktikan bahwa sungguh-sungguh telah membuat saya mengenal kata-kata bijak yang saya kutip tadi kurun waktu di mana saya mengalami sesuatu yang baru serta anyar: bertambahnya pengetauan saya.
Anwari Doel Arnowo
Rabu, 03 September 2008 - 22:38:44
---ooo000ooo---
No comments:
Post a Comment